Begitu banyak perguruan tinggi dan akademi maritim di Indonesia, dan begitu banyak pula lulusan yang dihasilkan tiap tahunnya. Akan tetapi dari kuantitas lulusan yang begitu banyaknya hanya beberapa saja yang mempunyai kualitas yang bisa dikategorikan good. Hal ini menjadi PR bagi para instansi dan lembaga pendidikan maritim di Indonesia agar dapat mencetak pelaut yang credibble dan memiliki kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan kecakapan yang layak.
Sisitem pendidikan pada taruna yang masih menggunakan SPS (sistem paketan per semester) bukan SKS (sistem kredit semester) mungkin menjadi salah satu faktor yang mendukung mahasiswa atau taruna yang dikatakan mahasiswa plus menjadi dimanjakan dan pemikiran menjadi statis dan kurang berkembang. Dilain hal mungkin juga disebabkan karena kesalahan dari penafsiran, pemahaman dan pengaplikasian makna dari kata KORSA. Dalam kenyataannya korsa di artikan bahwa jika kita masuk bersama maka harus lulus bersama apapun caranya. Bagi anak-anak yang malas ini sangat bermanfaat untuk mendongkrak nilai mereka dengan memanfaatkan situasi ini, tanpa belajar mereka akan mendapatkan nilai bagus dari tuntutan korsa tersebut. Nilai tinggi tapi pegetahuan tidak ada, apa artinya?
Maka dari itu untuk menciptakan pelaut yang handal dan berpengetahuan tinggi harus dimulai dari perbaikan sistem mulai dari hal yang terkecil baik itu dalam hal kegiatan akademik maupun kegiatan diluar akademik yang berpotensi menurunkan minat belajar, menghambat kegiatan belajar agar diatur lebih baik lagi.
0 comments:
Post a Comment